Pilihan Hati 1

Bapak dan Mamak masih diam. Aku tambah deg-degan. Aduh, gimana cara ngomongnya ya? Apa nggak jadi aja ya? Tapi, gimana dengan Mas Alif ya? Dia pasti kecewa banget sama aku. Ah, ngomong aja ah. Ini kan hidupku sendiri. Aku harus bisa nentuin jalanku sendiri.

"Pak, em, anu ... Mak. Pak ..." Ucapku dengan bibir sedikit bergetar. Kutahan hati yang kian kencang berdebar.

"Ada apa to Pi? Kok gugup gitu?" Tanya Bapak penasaran. Matanya menatapku dengan tatapan menyelidik.

"Ho'oh, ada apa to, Pi? Kamu ada masalah?" Mamak menimpali. Duuuh, aku jadi tambah ragu. Rasanya ingin bilang, "Ndak apa-apa kok, Pak." Terus masuk kamar. Tapi jelas itu nggak mungkin kulakukan.

"Em, anu ... Pak, Epi mau nikah saja." Lega, akhirnya kalimat itu terucap juga walaupun dadaku hampir meledak rasanya.

"Haaa? Nikah? Apa Bapak nggak salah denger, Pi? Terus sekolahmu gimana?"

"Epi, Epi. Wong kelas dua saja baru mulai. Kok ya mau nikah? Kamu ini kenapa to, Pi?" Imbuh Mamak dengan nada prihatin. Sebenarnya nggak tega sih. Tapi, nggak punya pilihan lain.

Diam. Hening. Bapak dan Mamak memandangiku dalam diam. Sementara aku hanya berani menundukkan kepala. Tangisku mulai meleleh. Mas Alif, permintaanmu sudah kulakukan. Bisik hatiku.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Pilihan Hati 1"

Posting Komentar