Pilihan Hati 8

Harus kuakui pesona Mas Alif terlalu memikat. Aku sekarat dalam pelukannya. Kesadaranku kritis. Gejolak cinta itu menenggelamkanku ke dalam lautan racunnya. Kandas!

"Aku takut, Mas."

"Kenapa mesti takut. Aku mencintaimu. Percayakan semuanya padaku. Atau kamu meragukanku, Pi?"

"Enggak, Mas. Bukan begitu."

"Kalau begitu ... Kita nikmati saja." Ucapnya penuh keyakinan dan meyakinkan. Seketika imanku amblas. Setan meniupkkan jutaan mantra memabukkan. Aku limbung setelah ciuman Mas Alif yang bertubi-tubi di sekujur tubuhku.
Hilang!


Mulutku terkunci rapat dalam getar-getar gelombang yang sulit diartikan. Ragaku melunglai tanpa daya. Apa yang aku sebut cinta itu telah menggulungku ke dalam gelombang hitam.

*

Berjalan tertatih menuju tenda. Sayup Adzan Shubuh terdengar begitu merdu, menusuk kalbu. Menghunjam jenazah kesadaranku. Menahan perih dan sakit yang begitu menyengat aku terus melangkah, meninggalkan Mas Alif yang masih tertidur di tepian pantai.

Hatiku bergemuruh. Begitu dahsyatnya hingga rasanya aku tak sanggup lagi melangkah. Kedua kakiku goyah. Sekuat sisa tenaga aku mendekati tenda. Seingatku Dyas terpekik melihatku dan berlari mendekat. Setidaknya itu yang kuingat sebelum akhirnya benar-benar tidak sadarkan diri.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Pilihan Hati 8"

Posting Komentar