Pilihan Hati 11

Jadi, aku hanya harus jujur mengakuinya. Keyakinanku pada Mamak membuatku memiliki keberanian meski pendarnya mirip lilin yang nyaris habis terbakar. Akhirnya, kuceritakan semuanya. Tanpa sisa. Awalnya dengan terbata karena menahan air mata dan segala luka dan duka namun seiring berjalannya waktu ... Tatapan mata Mamak meneguhkan hatiku. Aku begitu nyaman menceritakannya, persinggahanku di neraka jahannam. Malam itu di tepian Pantai Krakal. Di atas hamparan pasir putih.

"Innalillahi, Epi,"Bisik Mamak lirih. Aku merasakan hatiku hancur bersama bisikannya yang mengantongi jutaan pilu itu. Air matanya melinang bening. Aku tak bergeming. Di hadapanku, Mamak menangis sedih dan itu karena perbuatanku. Allah, ampunilah kedurhakaanku ini. Ampunilah ya, Allah.

"Siapa itu Alif, Pi? Teman kamu?" Tanya Mamak di sela isak tangisnya. Aku mengangguk.

"Astaghfirullahaladhim ... Kalian harus segera menikah! Bawa Alif ke sini, Pi. Katakan, Mamak dan Bapak harus berbicara." Kata Mamak sembari menyeka air matanya. Lagi-lagi aku mengangguk.

"Bapak harus segera tahu, Pi. Biar Mamak yang bicara. Kamu di sini saja. Mamak nggak mau Bapak bebuat kasar sama kamu. Istighfar, Pi. Shalat taubat. Semoga Allah mengampuni dosa kamu dan Alif." Ucap Mamak lagi yang kujawab dengan ya. Ya yang nyaris tak terucap. Tenggorokanku begitu kering. Perih, sakit.

"Maafkan Epi, Mak. Epi," Aku ambruk di kaki Mamak. Entah kekuatan dari mana yang membuatku sanggup melakukannya. Sewaktu Mamak beranjak dari tempat tidurku dan bersiap melangkah ke luar kamar, aku memutuskan untuk bersujud di kakinya.

"Sudah, Pi. Sudah! Berdirilah, Sayang. Berdirilah." Ucap Mamak menahan tangis. Aku tak bergeming. Memegang kedua kaki Mamak erat. Kuat. Dalam hati aku menjerit-jerit, menahan luapan sesal yang mendidih di bawah terik dosa!

"Epi, berdirilah. Mamak sedih kamu seperti ini. Sudahlah, semua sudah terlanjur. Sekarang kita cari jalan keluarnya." Kata Ibu lagi. Kesabaran terpancar dari nada bicaranya. Aku tergugu. Hatiku bagai tersayat ratusan sembilu.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Pilihan Hati 11"

Posting Komentar