Pilihan Hati 4

Semua sudah tidur. Dyas dan Aga terlihat sudah terlelap, sementara Nara terdengar sedang menelpon seseorang. Kalau dari bahasanya sih sepertinya Papanya yang menelepon. Terutama dari gelak tawa manjanya aku bisa tahu kalau yang meneleponnya itu Papanya. Nara memang lebih dekat dengan Papanya dibanding Mamanya. Entahlah kenyataannya. Pengakuannya sih begitu dan aku juga bisa membacanya dari kedekatan mereka.

Aku dan Nara berteman baik dari sejak masih sekolah di TK. Rumah kami bersebelahan. Meski secara kehidupan ekonomi kami timpang, tapi tidak pernah menimbulkan permasalahan yang berarti dalam persahabatan kami. Bahkan, Mama dan Papanya mendukung persahabatan kami. Aku sangat bersyukur, setidaknya di dunia ini masih ada keluarga yang tidak menjadikan harta kekayaan sebagai raja kehidupan. Mereka bahkan begitu baik dengan keluargaku.

Mamak dan Bapak bekerja sebagai buruh di pabrik roti milik Papanya Nara. Dari bekerja di sanalah, Mamak dan Bapak mencukupi semua kebutuhan hidup kami. Ya, tentu saja atas Maha Kasih-Nya Allah. Sudah belasan tahun Mamak dan Bapak bekerja di sana, tepatnya sejak pabrik roti milik Papanya Nira didirikan di kampung kami. Mamak sendiri mulai bekerja di sana sejak aku masuk TK. Jadi tidak terlalu ribet mengantar jemput aku sekolah. Nah, siang harinya Mamak di rumah mengurusi dan menemaniku. Mengingat aku tidak mungkin ditinggal di rumah sendirian, Bapak memutuskan untuk bergantian shift kerja sama Mamak. Bapak bekerja dari pagi sampai sore, dan Mamak dari malam sampai pagi. Begitulah Mamak dan Bapak bekerja keras membanting tulang untukku, anak semata wayang mereka.

Postingan terkait:

2 Tanggapan untuk "Pilihan Hati 4"

  1. Ceritanya bagus juga ya.?! Kebayang betapa bahagianya kamu hidup dalam lingkungan orang tersayang. :) nice post...!!!

    BalasHapus
  2. @Manto,
    Thanks. Hika hika hika. Belajar dan belajar. Menulis bersama aliran darah. :)

    BalasHapus