Pilihan Hati 12

Satu setengah bulan berlalu. Hari demi hari bergulir meninggalkan sejarah. Aku sudah tidak sekolah lagi. Meski Bapak sangat marah dan Mamak harus tertekan oleh sikap Bapak, terutama aku ... Harus rela dibuang oleh Bapak. Ya, Bapak tak bisa memberikan maafnya untukku. Akuu harus terima. Ini resiko atas perbuatan itu. Salah satunya. Belum banyak resiko yang lain, termasuk kanyataan kalau aku hanya mengantongi ijazah SMP.



Resiko terbesar dan paling menyakitkan, Mas Alif pergi entah kemana. Berkali-kali Bapak dan Mamak mencari ke rumahnya tapi tidak ketemu. Terpaksa Mamak dan Bapak memberitahukan perbuatannya padaku, tapi orang tuanya tidak bisa mempercayai kenyataan itu. Mereka mati-matian membela Mas Alif dengan mengatakan Mas Alif itu anak yang baik. Lulusan pesantren ternama di kotanya. Tidak mungkin melakukan perbuatan jahanam itu!



Pahit. Perih. Sakit. Padahal, Demi Allah, dia yang mengajakku bahkan memaksaku untuk melakukannya. Allah menjadi saksi, meski akhirnya aku juga terhasut bujuk rayunya. Kalah melawan paksaannya.



Sudah dua minggu aku tinggal di sini. Di rumah Bulik. Bapak dan Mamak menitipkanku di sini. Alasan paling bijak, agar aku tidak terlalu terpuruk oleh keadaan.



"Kamu bisa membuka kehidupan baru di rumah Bulikmu, Pi." Kata Mamak yang ditambahi dengan omelan Bapak.



"Jadikan ini pelajaran berharga dalam hidupmu." Imbuh Mamak sembari membantuku mengemasi pakaian dan semua perlengkapan yang akan kubawa. Aku diam, tak ada satu jawabanpun keluar dari mulut keringku.



Yaaa, begitulah kepahitan itu harus kutelan. Di sinilah aku menjalani hari-hari. Menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Bulik belum dikaruniai momongan, jadi Bulik dan Paklik senang aku ada di sini. Ah, andai keberadaanku di sini bukan karena aib neraka itu! Pasti jauh lebih menyenangkan.



"Hueeek, hueeek ... Aaah, rasanya mual sekali." Ucapku lirih. Kutahankan rasa mual itu. Tapi semakin kutahan semakin mual itu menjadi-jadi. Entahlah, sudah tiga hari ini aku menjadi aneh. Setiap pagi dan terkena hawa dingin langsung perutku terasa sangat mual. Kalau sudah begini, aku hanya bisa pasrah. Mual dan muntah sudah menjadi kebiasaanku tiga hari ini. Rasanya aku sama sekali tidak punya selera makan. Entahlah.



Tring!

NEW SMS. Nama Ayang tertear di layar. Aku terlonjak gembira. Akhirnya, Mas Alif menghubungiku juga. Padahal sejak memintaku menikah dengannya dan ngotot minta aku keluar dari sekolah kami loss contact. Alhamdulillah. Semoga i

PI, NGGAK USAH NYARI AKU. AKU SUDAH PERGI JAUH. AKU MENCINTAIMU.



Haaa? Cinta. Terus apa artinya cinta, jika kamu meninggalkanku, Mas? Apa arti semua ini, Mas? Aku ... Sudah keluar dari sekolah. Andai kamu tahu keadaanku, Mas. Bapak begitu marah dan seolah membuangku. Kasihan Mamak selalu menjadi korban kemarahan Bapak. Kamu dimana, Mas?



MAS ALIF JANGAN PERGI. PULANG, MAS. KITA AKAN MENIKAH SEPERTI YANG KITA CITA-CITAKAN.



Sent. Artinya terkirim. Lega hatiku. Semoga Mas Alif segera membaca dan membalasnya.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Pilihan Hati 12"

Posting Komentar