Ilusiku

Mas, aku pikir menemukan Mas itu ilusi semata. Ternyata, Allah berkata lain. Hari ini, kita dipertemukan dalam ikatan cinta yang halal dan insya Allah diridhai. Sini, Mas. Bersisianlah denganku sepanjang masa.



Jangan pernah menjauh dariku, Mas. Aku tak bisa jauh dari Mas. Meski itu hanya selama jarum pendek jam dinding bergeser ke titik berikutnya. Aku takkan bisa.



"Sayang,"



"Iya, Mas,"



"Izinkan aku mengecupkan ridha dan cintaku di keningmu. Dan, izinkan aku melakukan itu setiap saat," ucap Mas dengan nada penuh cinta. Lalu dengan kedalaman rasa yang sulit untuk melukiskannya, Mas mengecu keningku. Lembut.



"Terimaksih, Mas."



"Sssttt, Sayang. I love you. Fillah." Ucap Mas lagi dengan kesahajaan yang begitu istimewa.



"Mas,"



"Hemmm, Sayang?"



"Didik aku, Mas. Tuntun aku menuju cinta-Nya,"



"Sssttt, Sayang. Kita belajar bersama. Saling menuntun. Saling menggenggam. Bergandengan tangan. Melangkah bersama menuju cinta Allah." Bisik Mas di telinga kiriku. Dekapan hangat yang membuat detak jantung kita menyatu, mencipta tetes-tetes embun di pelupuk mataku. Aku terhanyut, Mas. Dalam pusaran sakral mata Mas. Saat kemudian kita saling menatap dalam dan lama ... Aku melihat taman surga.



"Oke, Sayang?" Tanya Mas sembari mengusap lembut buliran bening air mataku.



"Insya Allah, Mas."



"Naaah, gitu dong, Sayang. Bidadari Surgaku."



Aaah, Mas. Allah memang Maha Raja. Tak ada satu hal pun yang luput dari kuasa-Nya. Termasuk saat Dia menghendaki perpisahan itu terjadi.



Jujur, Mas. Saat Mas pergi, sepertinya aku tak ada lagi di dunia ini. Tapi, Syahra menguatkanku, Mas atas rahmat Allah. Kelahirannya menjadikanku Mama yang tegar, kuat dan penuh semangat dalam meniti hari demi hari. Bersamanya, rasanya semua duku menjadi sirna. Syahra. Peri kecil baik hati yang kita impikan itu Mas. Kini, celoteh riangnya selalu menuangkan kisah bahagia dalam ceruk hatiku, Mas.



Tiga hari setelah Mas menghadap Allah, Syahra lahir, Mas. Awalnya aku benar-benar berada dalam situasi batin yang sangat sulit. Aku tak berdaya. Tanpa Mas, rasanya takkan sanggup untuk melewati saat yang paling istimewa itu, Mas. Sungguh!



Namun, kembali lagi kepada Allah Sang Maha Raja. Dia memudahkan semuanya, hingga dilahirkan-Nya Syahra dengan sehat dan selamat ke dunia ini. Aku menjadi begitu bersemangat saat Dokter mengatakan, "Kepalanya sudah keluar, Ibu. Ayo, dorong lagi, Ibu harus kuat ..." Seperti mendapat suntikan semangat dosis tinggi, Mas. Aku mengejan sekuat tenaga. Tepat di saat bayangan Mas tersenyum di depanku, tangisnya melengking di keheningan malam. Jam dua malam, Mas.



Mas masih ingat?

Jam dua itu waktu yang sangat istimewa bagi kita. Waktu dimana kita berdua menundukkan diri, mendekat kepada Allah. Ah, Mas.



Kini, Syahra sudah tujuh bulan, Mas. Giginya sudah tumbuh dua di bagian bawah. Lucuuu, Mas. Tertawanya begitu menggemaskan. Celotehnya menyiramkan kesejukan bagi jiwa. Diala, Mata Air Surga kita, Mas.



The End

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Ilusiku"

Posting Komentar