Serial: Catatan Mamak Tangguh (08)
Bismillaah Ngenep. Dusun yang luar biasa bagiku. Secara fisik, begitu indah, karena dikelilingi bukit yang jumlahnya tentu saja ratusan. Kalau kalian pernah melihat miniatur perkampungan di lereng bukit, nah, mungkin seperti itu keindahannya. Jika di dalam miniatur itu, diberi hiasan taburan lampu warna-warni, maka di sini tidak seperti itu. Jaaauuuh lebih indah! Keindahannya pada malam hari, seolah angkasa itu rendah sekali, setinggi atap dan taburan bintangnya menjelma lampu-lampu. Berkelap-kelip, Masya Allaah. Aku melihat itu, saat pertama kali menginjakkan kaki di sini. Tepatnya, saat Mbak Siwi mengantarkanku sampai di rumah Mbak Cenil ini. Sungguh, air mataku menitis haru. Selain itu, pernah aku ke luar dari rumah Mbak Cenil hanya untuk menikmati keindahan pemberian Allaah yang satu ini. Kalian tahu? Aku menggigil kedinginan, tapi bahagia! Larut dalam arus kehidupan angkasa, berpadu dengan kehidupan damai di dusun ini. Damai, terasa! Kedamaian yang benar-benar meresap hingga ke dasar jiwa! Tidak ada suara knalpot dan klakson yang jika di kota sana, terasa memekakkan telinga. Menyesakkan dada. Tidak ada kemacetan dan keributan. Yang ada hanya malam yang lengang, dihiasi nyanyian jangkrik dan suara kambing mengembik atau sapi melenguh. Diam-diam, aku jatuh cinta sama dusun ini. Aaah, aku terlalu mudah jatuh cinta ya? Padahal, baru tiga hari tinggal di sini! Yaaah, siapa yang tidak akan jatuh cinta dengan kehidupan seperti ini? Kehidupan yang lahir batinnya, menyuratkan dalamnya makna hidup dan perjuangan. Menyiratkan semangat yang tiada pernah berkarat! Coba deh, kalian ke sini, pasti akan mati mengagumi wajah cantik Dusun Ngenep! Ummmm, kalau dipikir-pikir, aku tidak sedang piknik! Tidak juga berkemah! Tidak juga bersenang-senang lainnya, tapi mengapa hatiku bisa sebahagia ini ya? Masya Allaah .... Bersambung
Belum ada tanggapan untuk "Serial: Catatan Mamak Tangguh (08)"
Posting Komentar