Serial: Jannah Family
Bismillaah ---Biduk Kecil--- Alhamdulillaah. Allaah telah halalkan ikatan cinta suci mereka. Ikhwan dan akhwat yang selama ini menghabiskan masa muda mereka untuk berdakwah di Jalan Allaah. Untuk menegakkan syiar Islam. Untuk menjadi tiang penyangga Kejayaan Islam. Mereka, Tsun dan Puri. Dua hamba Allaah yang bertaqwa. Malam semakin larut. Semilir angin menelusup di celah-celah jendela. Gorden bercorak bunga-bunga kecil bertaburan itu, sesekali bergerak lembut mengikuti desaunya. Tsun masih belum tidur. Seperti biasa, membaca buku merupakan nutrisi khusus bagi lubuk ilmunya, dan selalu dilakukannya sebelum tidur. Sementara, Puri sudah terlelap di sisinya. Hatinya berdegup merdu. Dirayapinya sekujur raga yang masih terbalut dengan Pakaian Taqwa itu dengan senyum manis penuh cinta. Gadis manis berdarah Indo itu, begitu anggun mempesona. Kaos kaki merah muda, dengan stelan gamis dan kerudung merah tulip kesayangannya, menambah keindahan raga itu. Keanggunan jiwanya, terpancar dari raut wajah tenangnya. Dalam lelap pun, aura iman dan taqwanya memancar berbinar-binar. Yaaa, Puri Sekar Kedaton. Gadis berusia delapan belas tahun itu, kini telah sah menjadi isterinya. Tsun hanya berani tersenyum manis penuh kasih, sembari memandangi jiwa dan raga yang kini bersamayam di lubuk hatinya, terlelap damai di hadapannya. Mengapa tak diciumnya? Mengapa tak dibelainya? Apakah Tsun tidak mencintainya? Sssttt ... Cinta itu, bukan mencium dan cinta juga bukan membelai. Mencium dan membelai itu hanya ungkapan. Jadi, tadi setelah selesai acara walimatul 'ursy, Puri mengatakan dengan jujur padanya, sesaat setelah Tsun mengecupkan rihda dan doa di keningnya. "Mas," wajahnya pucat pasi! Bibirnya gemetar dan suaranya parau. Apa yang terjadi? "Iya, Dik?" Tsun masih memegangi kedua pundak Puri, tiba-tiba kekhawatiran melanda hatinya. Mengapa kekasih hatinya menjadi begini? Sakit kah? "Puri eng Puri, Puri Oh, em, ah, Maaas," gugup. Puri benar-benar gugup. Sebagai pria dewasa yang usianya belasan tahun di atasnya, Tsun sangat mengerti. Puri memerlukan waktu, banyak waktu untuk menyesuaikan diri. "Iya, Dik. Mas ngerti kok. Sekarang, Puri mandi ya? Ganti baju. Pasti, Puri lelah kan, setelah acara seharian tadi?" Mendnegar ungkapan bijak itu, wajah Puri berbinar. Senyum lebar menghiasi wajah ayunya yang kini bersemu merah muda. Kulit Indonya terlihat benar-benar mempesona! "Iya, Mas? Thaaank, Mas. Alhamdulillaah ...," siapa yang tidak gemas, melihat tingkah polah gadis belia seindah Puri? Tawanya berderai-derai, seiring langkahnya menuju kamar mandi. Malam semakin larut dan larut lagi. Tsun mendesah bahagia, bercampur haru. "Dik, Mas mencintaimu karena Allaah. Damailah dalam tidurmu, Sayang. Mas meridhaimu," bisiknya lembut sembari membenarkan letak selimut bercorak tulip milik Puri. Pelan sekali dan sangat hati-hati, agar Bidadari Surganya tidak terbangun. "Selamat datang di Biduk Kecil Cinta kita, Dik," bisiknya lagi dan kini dengan sangaaat hati-hati, merebahkan dirinya di sisi Puri. Bismillaah. The End
Belum ada tanggapan untuk "Serial: Jannah Family"
Posting Komentar