Faktanya, Ketulusan Sahabat Itu Maya

Bismillaah

Maafkan aku menuliskan ini, Friends. Semoga semua pengalamanku dalam berteman dan bersahabat ini, bisa dijadikan ibrah bagi semua. Khususnya, Muslimah sejagat raya. Aamiin

Faktanya, ketulusan sahabat itu maya! Duuuh, judulnya menyeramkan tidak sih? Semoga saja tidak! Karena, itulah yang aku alami selama ini. Okeee, awalnya, aku percaya sahabat yang tulus itu pasti ada. Terlebih, saat Allaah mengutus Zain dan Fatin menjadi sahabatku. Dan, kedua sahabatku ini masuk dalam daftar pengecualian loh. Zain dan Fatin, dua sahabat yang tulus!

Note: REAL TULUS

Fatin, sampai meninggal dunia, apa pun yang ada dan terjadi tidak pernah menyakitiku! Kalau aku salah, dia menegurku. Kalau aku lupa, dia mengingatkanku. Saling membantu. Berkerja sama. Saling mensupport. Memotivasi. Begitu juga sebaliknya. Kalau Fatin salah, aku tegur. Kalau Fatin lupa, aku ingatkan. Saling lah pokoknya!

Bukan berarti kami tidak pernah marahan. Tidak pernah berantem. Bukan! Karena kan, kami masih kanak-kanak dulu. Jadi ya, wajarlah berebut mainan atau eyel-eyelan kalau berpendapat. Tapi, kami selalu akhiri semua itu dengan saling memaafkan. Berdamai lagi. Menyatukan jari kelingking lagi. Begituh!

Tulusnya tuuuh, ada di saat kami saling memaafkan. Mengabaikan kesalahan dan tidak mengungkit pemberian! Itu, persahabatanku dengan Fatin. Faaatiiin, damai selalu di sisi Allaah, yaaa?

Sedikit berbeda dengan Zain. Mungkin, karena dia umurnya enam tahun di atasku ya? Jadi, dia lebih cenderung menjadi kakak dan sahabat. Hekekeke. Sudah bisa menenak kaaan? Aku yang manja dan kekanakan jelas sangat menyukai sikapnya yang dewasa dan melindungi. Sikapnya yang menjaga. Tapi, bukan berarti aku semaunya sendiri loh! Aku juga berusaha menjadi adik yang baik. Yang nurut. Tidak ngeyel! Hekekeke.

Yaaah, intinya kecuali Zain dan Fatin!

Enam Shalihah? Entahlah! Tiba-tiba, aku takut sekali menuliskan tentangnya. Karena, siapalah aku dan apalah aku! Aku tak sehebat mereka kok. Aku, punya banyak keterbatasan dibandingkan mereka. Yaaah, semoga semua masih tetap bisa menjadi sahabatku. Aamiin.

Jujur, aku sangat menyayangi mereka. Note: SANGAT!

Tapi, dengan kondisiku yang seperti ini, aku juga tak ingin berharap yang lebih. Biarlah semua mengalir seperti air. Mengikuti alur yang ditetapkan Allaah. Karena, hanya kepada-Nyalah semua akan bermuara. Cieeeh, bisa romantis juga aku ya, dalam situasi buruk seperti ini? Hemmm.

Berprasangka baik, tetap wajib. Aku percaya, Enam Shalihah bisa menerimaku apa adanya. Meskipun aku sekarang tidak seperti dulu. Aku semakin lemah dan banyak "bergantung" kepada perawatan dan peralatan medis. Semoga, justru dengan keadaan ini, ikatan cinta dan aksih sayang semakin kuat. Kuaaat! Aamiin.

Pauline Ovy Alexandra Byaz Lyla Jessyca

Bedank:) Ik hou van jullieee hoor:) Altijd!

SAKURA? TULIP? LIM?

Sama, doa dan harapanku sama. Semoga apa yang sempat terlintas dalam pikiranku tadi hanya bisikan setan yang terkutuk dan Allaah melindungi dari godaannya. Aamiin.

Entahlah, sejak kejadian-kejadian yang mengiris-iris hatiku beberapa bulan lalu, membuatku trauma! Tepatnya, trauma berteman! Trauma bersahabat!

Intinya, aku tetap berprinsip: Selama aku baik, teman juga akan baik sama aku. Jadi yaaah, aku tetap akan baik dong! Menjadi diriku sendiri seutuhnya. Terpenting kan, aku tetap baik. Kalau masalah mereka mau tidak baik yaaah itu urusan mereka sama Allaah! Iya, kaaan?

Sampai-sampai, karena prinsipku itu, aku tetap baik padahal sudah berkali-kali disakiti, dilukai, dijatuhkan, dihancurkan!

Hekekeke. Ada yang bilang, aku bodoh! Mau-maunya diperlakukan seperti itu! Tapi, aku yakin, semua yang kulakukan itu belum ada sepucuk kukunya Rasulullaah dalam bersabar. Dalam menghadapi sikap-sikap yang menyakitkan. Dalam menghadapi ujian. Yaaah, aku sih bilang saja: "Tidak apa-apa bodoh, yang penting tidak membodohi! Dari pada pintar, cerdas tapi membodohi? Na'uuzdubillaahi mindzaalik!"

Eeeh, aku kok sampai segitunya ya, menulisnya. Maaf, Friends. Sudah mengendap di hati berbulan-bulan lamanya. Note: MENGENDAP!

Faktanya, ketulusan sahabat itu maya!

Aku membuat ungkapan ini setelah berhari-hari merenungkannya! Bukan asal menulis. Tidak ada niat, maksud dan tujuan untuk ghibah apalagi pencitraan diri. Tidak! Note: TIDAK SAMA SEKALI! Kembali ke niat awal, berbagi pengalaman, petik hikmah dan ibrah. :)

Nama-nama kusamarkan di sini. Agar tidak terjadi ghibah.

Aku tidak menyangka, dirinya akan berbuat ini! Sama sekali tidak menyangka! Aku percaya kepadanya, dan karena percaya, banyak hal kubagi sama dia. Sharing, diskusi, saling mensupport, memotivasi. Sampai-sampai aku bingung, kok aku bisa ya, percaya banget sama dia! Padahal kan aku belum kenal sama dia. Hanya mengenal di Dunia Maya. Yaaah, aku beberapa kali meneleponnya, sebagai tanda persahabatan. Jujur, untuk tahu apakah dia benar-benar ada di Dunia Nyata atau tidak. Okeee, persahabatan kami berlangsung. Sampai suatu hari, aku sakit dan lama dirawat di rumah sakit.

Mau tahu, apa yang terjadi ketika aku sudah sembuh dan tidak dirawat lagi? Dia, sahabat yang kupercaya ini tadi, menyebarkan fitnah untukku!

Fulan menghubungiku via BBM dan langsung marah-marah. Padahal, demi Allaah, aku tidak tahu apa-apa! Kejam sekali bukan? Sampai Fulan mencaci makiku. Membenciku! Ini sih, fitnah sekaligus adu domba! Sayangnya, aku domba yang bodoh dan lemah. Bahkan, tak diberikan kesempatan untuk membela diriku sendiri.

Semua sudah terlanjur! Fitnah menyebar luas! Memakan hati sabahat-sahabatku yang lain yang kuanggap tulus bersahabat denganku. Semua men-judge-ku sama dengan yang difitnahkannya. Terutama Fulan dan Fulanah!

Yaaah, namanya juga fitnah kan? Cepat sekali menyebarnya!

Mau tahu, yang membuatku sakit? Itu, semua yang terhasut fitnah kejam itu, justru kakak-kakak yang terlihat shalih dan shalihah! Profesinya sebagai ustadz/ustadzah. Minimal, orang-orang yang ikut liqa'. Ada juga yang menghafal Al-Qur'an.

Sakit tidak sih, kalau kalian jadi aku? Lebih menyakitkan lagi, kejadian itu ada di Bulan Ramadhan. Yaa Rabb ....

Paling menyakitkan, seseorang yang paling dekat denganku, menyatakan cinta, bersedia mengkhitbahku saat nanti aku dan Mama berlibur di Indonesia, berazzam untuk membangun Rumah Surga bersamaku pun menjauhiku! Note: Aku tidak mengatakan dia terhasut!

Tapi, menjauhiku dan merentangkan jarak sejauh-jauhnya denganku. Seolah tidak ada komitmen apa pun yang kami bangun! Termasuk dengan Mama pun dia menjauh. Hemmm. Okeee, aku tidak masalah. Tidak mempermasalahkan. Silakan!

Toh, hikmahnya satu: Hanya Allaah Yang Paham tentang jodoh, rizqi, maut, takdir. Aku hanya tinggal menerima, menghadapi dan menjalani saja.

Iya, kan? Hekekeke. Dari pada pusing dan mengotori hati, mendingan begitu!

Satu lagi, aku hanya ingin menuturkan ini:

-Jangan jadikan jilbab lebar sebagai topeng!

-Jangan jadikan Islam sebagai kurungan!

-Jangan jadikan Al-Qur'an sebagai formalitas bacaan!

-Jangan mempermainkan orang lain, kalau tidak mau dipermainkan Allaah!

Thaaanks, Friends. Mohon maaf. Semoga, bermanfaat. Allaahu Akbar

Semoga Rabb menyembuhkan sakit dan luka-luka di hati ini. Aamiin.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Faktanya, Ketulusan Sahabat Itu Maya"

Posting Komentar