Biskuit Khong Guan

Bismillaah

Khong Guan

Aku menerjang ke kerumunan itu. Kulihat dia menenteng kantong lastik hitam entah apa isinya. Wajahnya terlihat sangat ketakutan. Tubuh lusuhnya basah oleh keringat. Iba menyergapku kuat. Kuhentikan aksi orang-orang itu dan berhasil.

Anak itu terus berlari. Menyusuri gang-gang kecil. Aku tidak boleh kehilangan jejak. Anak itu kunci jawaban dari semua ini. Aku harus menemukannya!

Tubuh mungilnya membuatku terkadang tertinggal jauh. Tentu saja larinya lebih cepat dariku. Tapi, bagaimanapun aku tidak boleh menyerah. Aku hanya punya satu misi. Anak itu bukan pencuri! Aku harus bisa membuktikan dia bukan pencuri.

Rumah kardus di depan mataku membuatku rapuh dalam pilu. Jadi anak itu tinggal di sini? Air mata mulai merembes dan membasahi kedua pipi lusuhku. Yakin, wajahku pasti memerah. Menahan marah! Marah kepada ketidak adilan. Anak sekecil ini, yang tinggal di rumah kardus seperti ini nyaris terluka di keroyok dan dilempari dengan batu oleh orang-orang di terminal bis tadi. Yaa Rahmaan.

"Begitulah, Kak. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Terimakasih sudah membantuku mendapatkan pekerjaan."

Matanya berbinar-binar saat mengatakan itu. Hatiku semakin perih. Namanya Anto. Hidup bersama adik semata wayangnya, Anti. Orang tuanya entah kemana. Selama ini dia bertahan hidup dengan mengamen dan mengemis. Terkadang terpaksa mencuri jika tak mendapat sepeser uangpun untuk membeli makanan. Aaah, ironis sekali ... Kuusap lembut rambutnya. Segera. Kita akan pindah dari sini, Anto, Anti. Bisik hatiku.

"Alhamdulillah, Anto, Anti. Insyaallah, kalian bisa tinggal di rumah Kakak. Kebetulan Kakak sering di rumah sendiri saat Mama dan Papa harus bekerja di luar negeri. Kalian tidak usah sungkan." Kataku mantap. Kulihat wajah mereka berubah cerah. Secerah langit siang itu. Dalam hati, sangat bersyukur bisa memberikan manfaat bagi orang lain.

"Ini, Kak." Anto menyodorkan sebungkus biskuit Khong Guan. Kuterima dengan bingung.

"Tolong kembalikan ini ke warung tadi. Anto dan Anti tak mau memakannya. Anto sadar mencuri itu haram."

Hahahaha. Gelak tawa kami memenuhi rumah kardus itu.

*The End*

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Biskuit Khong Guan"

Posting Komentar