Serial: Jannah Family

jannah-family.jpg

Bismillaah

---Ketika Puri Ingin Berkarir---

Puri masih bergelung dalam selimut bercorak tulip merah kesayangannya. Selimut yang usianya sudah sama dengan usianya. Sudah pudar warnanya dan pinggirannya sudah banyak robek. Namun, kecintaan Puri padanya tidak pernah memudar. Tanpa selimut itu, Puri tidak akan bisa tidur nyenyak. Yep! Selimut ini, pasangannya Bantal Bucul dan Puisi (guling kesayangan).

Tsun yang sedari tadi memandangi wajah ayunya, tersenyum manis. Senyum bahagia. Didekapnya lembut Wanita Shalihahnya itu sepenuh cinta.

"I love you Fillaah, Dik." Bisik Tsun lembut, di telinga kanan Puri. "Forever." Imbuhnya, mesra.

Puri tersanjung hingga ke langit lapis tujuh. Tawanya berderai renyah. Serenyah keripik kentang yang baru diangkat dari penggorengan. "Haha. I love you Fillaah too, Mas. Forever." Ujarnya riang. "Mas sudah rapi? Sudah mau berangkat?" Puri baru menyadari kalau Tsun sudah terpaket lengkap dalam ketampanan yang asri. Seragam kantornya yang diseterika rapi dan harum, plus sepatu kulit hitam yang sudah disemir dan terlihat kinclong.

"Iya, Dik. Mas ada sekolah pagi. Siangnya langsung ke kantor." Tsun beringsut duduk setelah mengecup kening Puri lembut. "Sarapan sudah siap, Bidadari Surga." Imbuhnya penuh kasih. Menyiapkan sarapan sudah menjadi tugas Tsun semenjak kandungan Puri berusia delapan bulan. Biasanya, pagi-pagi sekali Puri jalan-jalan mengelilingi kompleks. Tapi entah pagi ini, Puri lebih senang tiduran di kamar.

"Haha. Oke, oke. Surganya Puri tercinta. Eh, Mas joroook! Itu sepatu kenapa ikut naik tempat tidur?" Puri merajuk seperti biasa. "Lepaaas, Maaas!" Pintanya tambah merajuk. "Iiih, Maaas!"

"Haha. Iyaaah, Bidadari Bule. Haha." Tsun melompat turun setelah mencuil pucuk hidung mancung Puri. Gemas sekali ia dibuatnya. Manja dan merajuknya Puri adalah kebahagiaan tersendiri baginya. "Makan dulu sana, Dik. Mas berangkat yaaah?"

"Suapin." Puri menyingkap selimutnya. "Mas, suapin." Rajuknya sembari duduk dan menyandarkan tubuhnya di kepala tempat tidur. "Maaas,"

"Iyaaah. Suapin. Tapi maemnya yang banyak ya?" Tsun menyisir rambutnya lagi. Agak acak-acakan setelah bermanja-manjad dengan Puri tadi.

"He'eh. Maaas, tolongin Puri. Aduuuh," Puri kesulitan turun dari tempat tidur. "Eh, tidak usah, Mas. Hik." Puri berusaha turun sendiri dan inilah yang terjadi. Tsun setengah berlari menghampirinya. Tadinya, Tsun sudah bersiap mengambilkan makan pagi untuknya.

"Hati-hati to, Dik? Mas kan khawatir. Sama kamu. Sama Buah Hati." Tsun menatapi wajah Puri yang sekarang terlihat tembem pipinya.

"Yeee Mas gitu melihat Puri. Ada apa, Mas?" Puri tersipu malu dilihat seperti itu.

"Nggak, Dik. Mas sayaaang bangeeet sama kamu. Sama Buah Hati. Jaga dirimu baik-baik ya, Dik? Semoga Allaah selalu menjaga kalian."

***

"'Alaykumussalam, Mas. Mas masih sibuk?" Suara Puri di seberang. Ada apa ini kok menelepon? Biasanya cukup chat saja. Tsun membatin.

"Nggak, Dik. Ada apa, Dik?"

"Puri mau bekerja, Mas." Ha? Bekerja? Dengan perut sebesar itu? Eh, maksudnya dengan kehamilan yang semakin tua usianya? Duh. Ada-ada saja. "Boleh ya, Mas?"

"Bekerja, Dik? Yakin?" Tsun hanya bisa menjawab begitu. Sejujurnya sangat bingung. Bagaimana ya? "Sudah dipikirkan, Dik?"

"Yes, I'm sure, Mas. Sudaaah." Dengan yakin Puri menjawab dan itu menjadi kecamuk tersendiri di hati Tsun. Jujur, selain bingung dan kaget, kini Tsun menjadi sangat khawatir.

"Oh, iyaaah, Dik. Tapi bisa nggak kita bicara lagi nanti? Di rumah, maksud Mas?" Tsun mati-matian menyembunyikan semua perasaannya. Ia ingin tetap terdengar baik-baik saja.

"Yaaah, kelamaan dong, Maaaas. Hik. Hik. Ini harus segera." Ha? Haruss segera? Itu kerja apa? Dimana? Sama siapa? Duh. Tsun semakin kelimpungan. Ingin rasanya terbang pulang.

"Ya Allaah, Wanita Shalihahnya Mas. Sabar, Sayang. Kenapa harus terburu-buru. Itu berkerjanya apa? Dimana? Bagaimana?" Tsun semakin kahwatir. Walaupun Puri semakin merajuk, tapi Tsun merasa harus melindunginya. Dan Buah Hati.

"Hik. Hik. Hik. Mas naaakaaal." Puri terdengar menangis dan Tsun semakin kacau ....

---#----

Postingan terkait:

1 Tanggapan untuk "Serial: Jannah Family"