Bismillaah
Dear Dirimu,
Fillaah
*
Kemarin, aku pergi ke pantai Den Haag bersama teman-teman se-Homeroom. Alhamdulillaah, mereka sangat baik. Care sekali sama aku. Mereka membantuku turun sampai di pantai. Menjagaku untuk tidak terjatuh dan memastikan aku akan baik-baik saja hingga duduk selonjor di atas pepasir. Alhamdulillaah, lega sekali rasanya, bisa berjalan kaki sejauh itu. Note: Tanpa kursi roda.
Jadi, bagaimana tidak air mata bahagia dalam rahim syukur ini melinang? Terima kasih, Rabb. Engkau telah mengutus malaikat-malaikat baik hati untuk membantu dan menjagaku.
Any way, actually I wanna write this part:
Saat itu, angin bertiup tidak kencang. Mungkin, itu yang dinamakan semilir angin. Aku tidak tahu. Sulit menerjemahkannya. Lalu, beriringan dengan ombak yang begitu besar menggulung-gulung, wajahmu menggulung segenap rasaku.
Aku tergulung!
Tenggelam, hingga ke dasaran rasaku sendiri. Kau tahu? Tiba-tiba, aku merasa hilang! Lenyap! Hingga sesuatu menyadarkanku. Oooh, itu bayi-bayi kerang. Menyentuh-nyentuh kakiku dengan capit-capit kecilnya.
Kau tahu tidak?
Ingin sekali aku menuliskan namamu dan namaku di atas pasir. Pasir putih yang terlihat begitu memesona. Butiran lembutnya. Kemilaunya oleh sinar mentari. Aaah, sepertinya aku harus melakukannya.
Kuambil ranting kecil kers.
Itu yang kulakukan pada detik selanjutnya. Kugenggam erat. Kuresapi hembusan angin yang merambatkan dingin. Melebur diriku dalam ombak yang berdebur-debur. Lebur!
Lalu, kau tahu?
Aku hanya bisa diam dan memejamkan mata. Diam. Bungkam. Dan tanganku, begitu erat menggenggam ranting kecil kers itu. Kuat! Seolah, tak ingin melepaskannya. Entahlah!
Saat gelombang pasang, dan separuh tubuhku tersapu air, aku menangis! Ya, aku menangis. Menahan rindu!
Mungkin, rinduku padamu, lebih pasang dari gelombang itu. Yaaa, seperti itu dan aku gemetar. Menahan dingin, rindu dan kurasa jiwaku semakin beku.
Kubuka mataku perlahan.
Menguasai kesadaran. Kudengar teman-teman tergelak-gelak di sana. Bermain ombak. Berlarian, saling tarik dan dorong. Berbahagia!
Aaah, maafkan aku.
Aku tak kuasa menuliskan namamu. Tidak sanggup. Biarlah namamu, namaku, bersama debur rindu ini bersemayam di sini. Di hatiku. Dan biarlah menjadi rahasia aku dan Allaah. Bismillaah.
Love, Diriku
Belum ada tanggapan untuk "Dear You"
Posting Komentar