Bismillaah
Salju,
Semangkuk mimpi terhidang hangat
Di atas meja kayu, di sebuah kebun bunga
Segelas lilin menyala redup tepat di tengah-tengahnya
Aku terpana dan menyapukan mata ke sekililing
Plaaas ... Bayangnya berkelebat
Seolah turut menghadiri pesta kebun sore itu
Senyum khasnya mengembang
Aku terus saja menatapinya
Lamat-lamat kudengar dendangan lagu
Suara siapa itu?
Syahdu menyentuh pelataran kalbu
Ah, tentu itu lagi kecintaanku
Lagu musim semi
Dan mataku dan matanya kini beradu
Tepat di saat lagu itu berujung
Menggulirkan rasa yang dulu lahir
Melengkingkan tangisan haru
Dia ... Masa silamku
Apakah kini akan menjadi masa depanku?
Terlahir dari semangkuk mimpi
Hangat, kuahnya menguap meliuk-liuk
Seolah mengajakku berdansa
Mesra di antara buliran air mata
Ah, sungguh, aku tak kuasa!
Leiden, 21 September 2015
Belum ada tanggapan untuk "Semangkuk Mimpi"
Posting Komentar