Sunday In Madurodam

---Bismillaah---

Sunday In Madurodam A mini story by Sakura Sizuoka

Halte Bus Mirenwijk penuh sesak oleh calon penumpang. Ummm, setiap Minggu, suasana seperti ini akan menjadi pemandangan yang sangat indah. Tentu saja, setiap orang ingin berbahagia bersama keluarga di tempat-tempat wisata atau tempat yang menurut mereka terbaik untuk gathering. Kafe, restoran atau pantai juga menjadi alternatif yang menyenangkan.

Papa, Mama, Fatin dan aku, hari ini memiliki satu pandangan berbeda. Kami ingin mengunjungi Madurodam. Oh ya, Fatin menginap di rumahku sejak Jum'at sore, karena Mommy dan Daddy-nya sedang ada keperluan di Maroko. Well, itu sangat menyenangkan. Kami berkemah, menginap di rumah pohon, bersepeda keliling Sleedorntuin, bermain basket dan melukis di Painting Yard! Bagaimana, asyik tidak?

Oke, Madurodam itu Museum Belanda. Museum yang menyuguhkan miniatur Belanda dan taman bermain yang menyenangkan. Aneka Out Door Toys ada di sana. Ummm, kalau kalian ingin mengenal Belanda seara detail, silakan mengunjungi Madurodam dan bersenang-senang di sana. Eh, akan lebih seru kalau mengajak keluarga atau sahabat kesayangan kalian.

Jadi, kami sudah di bus jurusan Mirenwijk - Den Haag. Tapi, Mama dan Papa sudah memutuskan untuk naik kereta api saja. Dan itu jauh lebih menyenangkan, aku pikir. Met die trein, itu roncean kata yang brilian buatku. Aku suka naik kereta api! Memilih kursi di dekat jendela dan dengan leluasa menikmati pemandangan di luar! Em, em! Aku juga bisa membaca buku cerita atau mewarnai. Mama membawanku buku mewarnai Teletubbies.

Fatin? Dia lebih suka duduk di kursi bagian tengah. Entahlah, katanya diam di kereta dan menikmati perjalanan itu, sangat menyenangkan.

Stasiun Leiden, sama crowded-nya dengan halte bus Mirenwijk tadi. Fiiiuuuh, peron-peron dipenuhi ratusan orang! Aku sampai melongo melihatnya. Nyaris tertinggal rombongan, oleh karenanya!

"Little Angel, komt op!" Papa berteriak memanggilku. Setengah berlari aku menyusul mereka. Emmm, sepertinya aku memang mudah sekali melongo ya? Entahlah, yang jelas, aku suka pemandangan di luar rumah. Termasuk, kerumunan penumpang!

"Yeeeheees, Papa. Wachte even hoor!" Aku menjajari Papa dan gelak tawa kami pun berderai.

"Kereta sudah mau berangkat, Gendhuk Honey," ungkap Mama sembari mengusap kepalaku. Aku mengangguk, tanda mengerti.

"Sorry, Mama. Buuut, crowded itu termasuk pemandangan bukan?"

"Iyeees, Nohara," Fatin menyahut dan o'o, apa itu? Sesuatu mengalir dari hidungnya!

"Heeei, wait! Fatin, what's that?" Please, Fatin butuh bantuan. Kuhentikan langkah dan segera memberi tahu Mama dan Papa tentang keadaan Fatin.

Darah menetes-netes dan semakin deras mengalir, membasahi sweater oranye kesayangannya. Papa menggendong Fatin dan berlari ke arah pintu ke luar. Ke mana? Klinik? Oh, aku bingung dan hanya bisa mengikuti langkah kaki Mama.

***

"Sorry, hoor. Kita tidak jadi piknik," ungkap Fatin perlahan. Senyumnya tipis melengkung di wajah pucatnya.

"Nee, niet een sorry, Fatin," aku sedih tidak jadi piknik. Kecewa. Tapi, lebih sedih lagi, Fatin sakit dan harus dirawat si rumah sakit.

The End

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Sunday In Madurodam"

Posting Komentar