Serial: Miss Jannah
Bismillaah ---Pelanggaran--- Baru saja sampai di sekolah. Mobil Mama saja belum berhenti sempurna, waktu Pauline berlari mendekat. Jiaaah, pagi-pagi Pauline sudah panik? Heboh? Eh. Apa sih istilah yang pas? Yaaah, pokoknya terburu-buru dan wajahnya pucat berkeringat gituh! pensive "No, gawat! Gawat, No!" Pauline panik. Nah, ini baru pas. Kenapa? Apanya yang gawat? Ada penyusup? Eh, apa itu teroris? Duuuh, tidak enak banget ya jadi Ketua Osis? Seolah-olah semua yang terjadi di sekolah ini tuh jadi tanggungjawabku? "Gawat kenapa sih, Pi? Yang bener dong kalau ngomong!" Aku sedikit mengomel, sambil mecium tangan Mama. Eh. Mama tadi ekspresinya bagaimana ya? Sampai tidak sempat memperhatikan. Jujur nih, lebih fokus ke Pauline. "Assalamu'alaykum, Mama!" Itu kata terkahirku sebelum turun dari mobil dan samar-samar kudengar Mama menjawab salamku terus berpesan panjang kali lebar sama dengan luas persegi panjang seperti biasanya, tapi jujur, tidak begitu menangkap! Eh. Maaf, Mama. Tapi, Nohara akan baik-baik saja kok. "Ituuu, Si Osa menunggumu di Ruang Kepala Sekolah!" Whaaat?Osa? Kenapa dia? Oooh, hakakaka. Upz. Dia ngaduin masalah kemarin itu? Yeeeaah, makanya, jangan asal mengirim surat kaleng dong! Tersesat, namanya. "Okeeeh. Siapa takut?" Yuk, Pi. Kita hadapi. Eh. Salah, kamu kan tidak ada urusan apa-apa dalam hal ini. Siiipooo. Aku hadapi deh itu Osa yang katanya Raja Play Boy itu! * "Nah, itu dia, Pak! Cewek yang udah nendang saya sampai berdarah!" Jiaaah, cemen! Tampang seram! Badan, segitu gedenya. Eh, tukang ngadu! "Nohara, benar kamu yang menendang Osa?" Seram juga Pak KS. Hekekeke. Tapi, seremnya kurang total. Masih setengah serem. Hemmm. Pauline masih memegangi lenganku, seolah aku ini Toodler. "Iya, Pak. Nohara yang menendangnya. Tapi, apakah Bapak tahu, kenapa Nohara melakukan itu?" Yeeeaaah, Bismillaah. Mudahkan, Ya Allaah. Aamiin. "Kenapa?" Pak KS sedikit mengendur. Bagus! Kulihat Osa menunduk. Takut, mungkin. Entahlah, yang penting wajahnya agak pucat gituh. Mainan kunci motor? Haakakaka. Bilang saja, kehilangan nyali! "Karena ini," aku menyerahkan surat kaleng Osa. Dan, segera permisi minta izin masuk kelas karena bel tanda masuk sudah berdering nyaring. * "Kereeen deh lo, No!" Paulineee, seperti baru kenal aku aja! Kan, dari dulu aku gituh orangnya! "Thaaanks, Pi. Untuk kebenaran, kita harus berani! Untuk Islam, kita harus berjuang! Wajib!" Tandasku, sebelum menyeruput nestea punya Pauline. Hakakaka. The End
Belum ada tanggapan untuk "Serial: Miss Jannah"
Posting Komentar