Serial: Jannah Family

Bismillaah

---Kesiangan---

Alhamdulillaah. Tsun sudah bangun. Perlahan, disingkapnya selimut dan beranjak dari tempat tidur. Dengan hati-hati, dibetulkannya letak Selimut Tulip Puri agar tetap hangat. Kasihan Puri, selalu menggigil setiap malam. Sesaat berlalu, Tsun mengecup lembut kening Puri dengan maksud membangunkannya. Ini sudah pukul tiga, biasanya Puri sudah bangun dan shalat. Kecuali beberapa malam terakhir ini. Selalu ada insiden tengah malam! Sehingga, bangunnya selalu tepat di waktu shubuh.

"Banguuun, Dik. Udah jam tiga." Yang dibangunkan tidak bergeming. Lelap sekali tidurnya malam ini. Alhamdulillaah. Di satu sisi, itu mmebahagiakan hati Tsun. Setelah bermalam-malam lamanya, Puri selalu terganggu tidurnya karena mual dan muntah. Ummm, tidurlah, Dik. Semoga besok, kamu sudah lebih sehat. Aamiin.

***

Kamar kecil yang dijadikan Mushalla di rumah kontrakan itu, terlihat begitu syahdu. Seolah cahaya Allaah terang benderang melingkupinya. Bagaimana tidak? Kamar ini, banyak digunakan untuk taqarrabu ilallaah. Untuk Puri muraja'ah, Tsun tilawah, mereka tahsin bersama dan shalat-shalat sunnah lainnya. Semoga Allaah selalu menjaga.

"Assalamu'alaykum, Maaas. Hik, Mas naaakaaal. Tidak membangunkan Puri. Hik jadinya kan Puri tidak shalat malam, kan? Hik. Mas bowwwooong!" Tangis Puri menggerimis, ditubruknya Tsun yang baru saja selesai shalat qabliyah shubuh itu dari belakang.

"Wa'alaikumussalam, Dik. Eng, Mas bangunin kok, tadi. Cuman ....," bingung melanjutkannya. Karena Puri sedang super sensitif, Tsun harus ekstra hati-hati dalam memilih kata-kata.

"Cuman apa, Mas? Hiiik,"

"Sssttt, Mas tahu kamu masih sakit, Dik. Jadinya Mas cuma mengecup kening kamu dan bilang I love you, Shalihahnya Mas," eh, mendadak romantis. Habis, hanya itu kata yang terlintas. Hehe.

"Iya kah, Maaas? Teruuus, sekarang bagaimana? Hik," Puri tersipu malu. Senyumnya manis sekali, semanis gulali ditambah gula sekarung. Wajahnya bersemu merah dan menciumi pipi Tsun bertubi-tubi. Aduh, ini mau shalat malah mesra banget!

"Iyaaah, Dik. I love you, Dik. Udah ah, hik hik-nya buat nanti lagi. Shalat dulu yuk?" Hehe. Tsun tergelak. Tak bisa lagi ditahannya kegelian di hati. Puri, Puri.

"Ilepiyu tu, Maaas," ucap Puri sembari melepaskan dekapannya. "Mukena Puri mana, Mas? Yang pink?" Puri lupa kalau mukenanya itu belum kering. Dan Tsun lupa kalau itu mukena kesayangan Puri. Duh, bakalan hik lagi nih!

"Lhaaa, kan belum kering, Dik. Mas lihat dulu ya, udah kering pa belum. Pakek yang lain dulu, Dik. Oke?" Tsun berlari ke arah belakang. Papan jemuran yang letaknya di samping dapur. Dan, benar mukena pink itu masih basah! Masalah lagi. Ishbir, Tsun, bisik hatinya.

"Mana, Mas? Ummm, Puri maunya pakek yang itu. Hik," yaaah, hik lagi beneran.

"Dik, pakek yang lain dulu ya? Yang Mas belikan. Mau?" Puri mengangguk sambil menyeka tetes-tetes bening dari bola mata sipitnya. Tsun terkikik-kikik dalam hati, sembari berjalan ke kamar, mengambilkan mukena untuk Puri.

Jauh dilubuk hatinya, tanya itu kembali terlintas. Ada apa dengan Puri? Kenapa jadi seperti ini, belakangan ini? Sensitif sekali dan lagi keluhan-keluhan lainnya. Mual, muntah dan pusing yang tak juga hilang.

Ya Allaah, apa benar Puri ...?

Coba nanti kutanyakan dengan hati-hati. Bismillaah

Kesiangan yang mesra! Puri merangkulnya dengan wajah ceria waktu Tsun datang dengan membawa mukena untuknya. Alhamdulillaah.

The End

Postingan terkait:

2 Tanggapan untuk "Serial: Jannah Family"