Bismillaah
Cinta ... Inilah Dakwah yang Engkau perintahkan itu dan inilah langkah tertatih hamba-Mu dalam meniti jalannya. Jalan Dakwah. Semoga, meski tertatih-tatih, Engkau menerima segala perjuangan ini. Sejujurnya aku malu, Cinta. Belum bisa mempersembahkan yang terbaik di hadapan-Mu. Namun, seperti apa pun adanya aku, tiada akan pernah berhenti berjuang. Tiada akan pernah surut asa dalam melangkah. Tiada akan pernah mencipta jeda. Karena napas ini, napas perjuangan. Karena detak jantung ini, detak jantung Dakwah. Bismillaah.
Cinta ... Inilah cinta itu. Cinta yang aku janjikan untuk-Mu. Cinta yang tetap akan hidup dan bersemayam dalam Rahim Sukma. Tiada ia akan redup cahayanya, selama sukma masih Engkau semayamnya dalam raga ini. Tiada ia akan padam baranya, selama sukma masih Engkau amanahkan dalam Palung Jiwa. Aku mencintai-Mu, seutuhnya. Satu dan selamanya. Tiada akan lekang oleh waktu. Tiada akan terbatas oleh ruang. Aku pada-Mu, Cinta.
Cinta ... Engkau Lihat, Waterkip berenang-renang riang. Mencericip seolah menyahuti setiap kata yang terucap dari lisan hatiku. Menyenandung merdu bersama gemericik air kanal nan bening. Menggerepak bersama semilir angin senja. Berbahagia, menjumputi potongan roti yang kutaburkan dengan paruh-paruh mungil. Berebut, berbagi ... Oooh, indahnya. Aku sangat bersyukur, Cinta. Setelah sekian lamanya, akhirnya bisa menikmati waktu mesra ini lagi bersama mereka. Waterkip. Cericip merdu dan tingkah polah lucu, membuatku semakin bersemangat. Bersemangat untuk menjemput malam di ufuk-Mu. Bersemayam bersama heningnya. Nanti ....
Dan kursi roda ini, oh, sungguh. Ia kaki keduaku. Kaki yang Engkau titahkan untuk menopang ragaku. Kaki yang Engkau utus untuk menguatkan jiwaku, "Inilah tanda cinta Rabb. Aku hadir, untuk menemani langkahmu. Langkah Dakwah!"
What ever Cinta, terima kasih atas waktu mesra ini. Romantisme yang akan selalu kukenang di lubuk hatiku. Senja, Sun, Waterkip dan Kanal Bening.
Belum ada tanggapan untuk "Cericip Waterkip Di Tepian Kanal"
Posting Komentar