Bismillaah
Assalamu'alaykum, Langit Sore Den Haag
Masih kah wajahmu sebiru kertas lipat yang tergantung melengkung di langit-langit kamarku? Masih kah awan-awan seputih kapas-kapas yang bertabur di rumah pohon? Masih kah matahari sebundar nampan pada pintu gerbang ufuk-Nya Masih sejingga Sabtu lalu kah?
Ah, tiada terasa, empat hari sudah aku di sini Begitu dalam kurasa kasih Rabb, sungguh! Haha, meski Dia tak mengizinkan dirimu menatapi langsung wajahmu Namun, syukurku tiada berhenti terhatur
Aku, jauh lebih baik, hari ini Tentu, atas cinta dan kasih sayang-Nya Yang terus mengalir bersama restu Mama Bersama doa dan kasih Sahabat dan Teman
Langit Sore Den Haag Bilakah kita berpelukan lagi? Menceritakan kisah kita masing-masing Mendendangkan melodi hati kita sendiri-sendiri
Hingga malam menyelimuti bumi Dan wajahmu menjelma lampion luaaas tak berbatas Kau lihat, rembulan malam mulai bertahta dengan temaram sinarnya Bagaikan trampolin memendarkan sinar cinta!
Aaah, aku jadi rindu dan ingin segera pulang! Kembali berpetualang, mendulang butiran makna Di setiap kejadian yang kau titiskan! Hemmm, Langit Leiden ... Kau jangan cemburu!
Den Haag, 4 Agustus 2015
Belum ada tanggapan untuk "To: Langit Sore Den Haag"
Posting Komentar