Bismillaah
Hidupku penuh dengan kejutan. Itu kesimpulanku sejak dulu. Seingatku, sejak masih delapan tahu. Allaah menghadirkan kejutan di hampir setiap hari perjalananku. Itu, bagiku sangat istimewa! Menangis, tertawa, bahagia, bingung, sedih, bad mood, sampai falling apart dan bersemangat kembali. Itulah hari-hariku! Berwarna seperti pelangi. Eh, boleh kan aku meminjam pelangi untuk menyebutkan hari-hariku? Iyeees, mau tahu? Setiap warna yang dihadirkan Rabb, selalu memberikan makna yang luar biasa!
Pun hari ini. Sangat terkesima dengan kejutan dari Kekasih Sejati. SEPATUKU HILANG SATU. Maaf, kutulis dengan huruf kapital. Ini menyedihkan. Sangat!
"Bagaimana ini bisa terjadi, Nohara? Bukan kah sepatumu selalu kamu simpan di loker?" Tanya Password dengan nada turut prihatin. Aku diam. Bingung harus mengatakan apa. Lebih baik, berpikir bagaimana sepatuku yang sebelah kiri segera bisa ditemukan. Aneh memang! Kalau pun hilang, kenapa hanya satu?
"Kamu ingat-ingat dulu, Nohara. Siapa tahu kamu lupa menyimpannya," Shandy menimpali. Matanya mengerjap-ngerjap tanda sedang berpikir serius. Aku sangat berterima kasih kepada kedua sahabatku itu. Setidaknya, mereka sangat besar bantuannya terhadap pencarian sepatuku yang hilangnya sangat misterius!
-Kalau hilang, harusnya semua -Kalau aku lupa menyimpannya pun harusnya sepasang kan? -Ini, yang satu di loker yang satu tidak ada -JANGGAL
Benakku menjadi sangat penuh dan sibuk! Bukan kah tadi pagi sudah kusimpan semuanya di loker? Kenapa bisa hilang satu? Kalau hilang, harusnya semuanya. Kunci? Sudah kukunci dan kusimpan di tas. Hemmm, bagaimana aku pulang nanti? Telanjang kaki? Memakai sandal? Sementara ide untuk membeli sepatu terlebih dulu, itu takkan kubiarkan terlintas!
"Nohara! Lepaskan kaos kakimu dulu, baru aku berikan sepatu kirimu!"
Tiba-tiba Martine datang dari arah belakang dengan menenteng sepatu itu. Sepatuku! Kunci loker yang aku yakin, itu duplikat kunci lokerku diacung-acungkannya dengan wajah penuh kemenangan. Martine memang tidak suka dengan caraku berpakaian. Terutama dengan kaos kakiku yang selalu berwarna krem atau hitam. Dia sempat menyebarkan rumor kalau kakiku kudisan ... Keep positive thinking, Nohara! Hatiku memberikan warning. Akhirnya, aku tersenyum ke arahnya.
Martine, maafkan aku, tidak bisa melepas kaos kakiku. Yang perlu kamu tahu, kakiku tidak gatal dan tidak kudisan. Kalau kamu mau menyimpan sepatu kiriku, silakan. Meskipun akan kedinginan, aku bisa pulang dengan sandal ....
The End
Belum ada tanggapan untuk "Sepatu Kiriku"
Posting Komentar