Cemburuku Pada Dedek, Dulu ....

Bismillaah

~My Beloved Brothers~ Sebuah cerita oleh Sakura Sizuoka

Betapa hari itu sangat spesial di hati, masih terasa hingga kini. Saat Kalian telah lahir ke dunia dengan sehat dan selamat. Waktu itu dengan suka cita, Mama memberitahu Kakak tentang Kalian. Ya, Kalian tengah berada dalam rahim Mama dan sudah berusia tiga bulan. Tahu tidak bagaimana perasaan Kakak?

Kakak cemburu!

"Aaah, Mama! Okino tidak mau Adik Bayi. Okino tidak mau. Okino maunya sendiri. Jadi anak Mama sendiri. Tidak asyik kejutan Mama sore ini. Menyakitkan..!" Itu gerutuan Kakak. Kakak benar-benar sulit mengendalikan diri dan menerima kenyataan. Lagi, Kakak sulit berpikir bahwa itu kehendak Allah Sang Maha Pencipta. Kakak hanya menuruti emosi dan egoisme Kakak sendiri.

"Sayang. Kenapa begitu? Ini kado dari Allah. Papa pasti sangat bahagia dai Rumah Allah, tahu ada Adik Bayi. Mama menyayangi Kalian." Mama menghibur Kakak. Memberikan pengertian dengan sangat sabar dan bijak. Berhari-hari lamanya. Lebih dari belasan hari. Mama memanggil Kakak dengan Kakak, yang tadinya Okino. Mama meminta bantuan Kakak untuk keperluannya. Mama juga selalu meminta do'a Kakak untuk kalian. Rasanya, semua yang Mama lakukan itu perlahan membuat Kakak menyadari, Mama tidak akan membiarkan Kakak sendiri. Jadi, Kakak tak perlu cemburu lagi. Oke ... Hari-hari melaju dengan kebahagiaan.

Meski sejujurnya, Kakak tidak bisa langsung menepiskan pemikiran: Setelah Kalian lahir, Mama akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama Kalian. Memanjakan Kalian dengan segenap perhatian dan kasih sayang Mama. Jelas Mama akan membiarkan Kakak sendiri. Kalian tahu, Kakak sudah berusia hampir tujuh belas tahun. Otomatis Mama tak perlu mengkhawatirkan Kakak. Rasanya, Kakak benar-benar tersiksa berada dalam situasi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Tapi, ternyata semua itu salah!

Ungkapan bahwa keadaan tak selalu sama dengan apa yang kita pikirkan itu ternyata benar dan Kakak sependapat dengannya. Kalian tahu? Mama sama sekali tidak meninggalkan Kakak. Malahan, Mama selalu mengikutkan Kakak merawat dan menjaga Kalian. Kakak bahagia. Bahkan sejak mendapat kabar kalau Kalian akan segera lahir. Kakak melonjak-lonjak gembira. Sampai-sampai Kakak harus membolos satu jam kelas hanya untuk segera mendampingi Mama di Rumah Sakit.

Yes!

Semua berjalan secara perlahan. Melintasi masa yang mirip piramida. Dari sejak Mama kesakitan menahan kontraksi yang susul-menyusul sampai saat perjuangan itu ... Kakak terus mendampingi Mama. Melawan semua perasaan takut dan cemas. Kalian tahu, kenapa Kakak melakukan itu? Karena Kakak menyayangi Kalian dan Mama. Meski Kakak harus menahan jerit tangis yang ditembakkan oleh pistol-pistol entah apa namanya. Harus melihat Mama bertaruh nyawa untuk kelahiran kalian yang menguras telaga air mata Kakak dan lautan do'a. Kakak tak pernah menyerah, karena tahu, hanya itu yang bisa Kakak lakukan. Hanya itu.

Sementara saat satu per satu Kalian lahir. Kakak hanya bisa mengumandangkan takbir dalam lunglai. Sujud terdalam Kakak sepanjang kehidupan ini. Allahuakbar! Barakallahu fiik and wellcome to the world, my beloved brothers: Adipati and Prasasthi.

I love you! The End

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Cemburuku Pada Dedek, Dulu ...."

Posting Komentar