Bismillaah
Bingung, harus mulai dari mana. Rasanya, kisahku bersamanya begitu ruwet. Seperti pita kaset kusut. Keriting. Begitu sulit untuk kugambarkan, betapa luka menganga ini tercipta karenanya.
Sakit!
Nyeri!
Perih tiada bertepi!
Karena Kak Shofa?
Thumbs up! Pertanyaan bagus. Iya, karena Kak Shofa. Bagaimana bisa? Yaaa, itulah yang membuatku bingung sampai detik ini. Sangat bingung!
Kak Shofa, akhwat yang insya Allah shalihah dan aku percaya padanya atau aku ini memang bodoh sekali hingga begitu saja mempercayai orang asing yang tak kukenal sepertinya? Kalau begitu, aku telah melanggar prinsip berteman yang diajarkan Mama dan Papa: Hati-hati dan waspada dalam berteman, terlebih di dunia maya!
Kak Shofa.
Nama lengkapnya Faia Shofa.
Iyeees, benar!
Kami dipertemukan Allaah di facebok, beberapa bulan lalu saat aku mulai menggagas sebuah grup menulis. Karena "keterampilannya" menulis yang kunilai dari status-statusnya, aku merangkulnya untuk bersama-sama membesarkan grup. Setelah ba bi bu membicarakan banyak hal, Kak Shofa bersedia berjuang bersamaku di grup itu.
"Bismillaah," tulisnya di chat dan segera kureply dengan "Bismillaah" yang sama.
Waktu-waktu kami begitu membahagiakan. Kedekatan mulai terjalin dengan kuat. Ukhuwah melukiskan senyum cerah di hati kami. Namun, itu tak bertahan lama. Tanpa alasan yang jelas, Kak Shofa mengundurkan diri dari jajaran Admin. Jujur, aku kecewa.
Sangat kecewa!
Kenapa begitu cepat dia mundur?
Kenapa? Ada apa? Kami baik-baik saja. Maksudku, tak ada masalah apa-apa.
Lalu, kenapa Kak Shofa memilih untuk mundur?
Kalau memang begitu, kenapa harus menyalakan api kesediaan dan semangat itu di hatiku?
Bukan kah akan sangat menyakitkan kalau akhirnya dia sendiri yang memadamkannya?
Oke, aku tak memaksa!
Bukan hakku juga untuk memaksanya tetap menjadi admin di grup menulisku.
Aku ikhlaskan Kak Shofa mundur.
Bismillaah.
Sampai di sini, aku berhenti.
Mendongakkan wajah, dan membiarkan pandanganku merayapi cerahnya angkasa.
Tidak apa-apa.
Allaah akan menggantikannya dengan yang lebih baik, manfaat dan barakah.
Life must go on!
Di facebook, hari-hari setelah itu, kami berteman seperti biasa. Saling me-like status dan berbalasa komentar. Saling mengirimi pesan di inbox juga. So far so save. Artinya, ukhuwah tetap terjaga dan semoga Allaah selalu menjaga. Aamiin.
Mendung memang tak bisa diduga.
Kapan ia akan datang untuk mengirimkan gemericik hujan. Seperti itu pula, hubungan pertemananku dengan Kak Shofa ... Tiba-tiba, Kak Shofa mengirimiku pesan di WA.
Dia mengomentari status yang baru saja ku-up date:
Dik,
Jangan bersedih dan jangan menangis!
Jadilah wanita yang kuat!
Engkau harus tahu, Dik, anda engkau harus bersama kursi roda selamanya itu tidak masalah bagi Mas
Mas akan mendorong engkau dengan kursi roda itu dengan setulus hati
Sepenuh cinta
Kak Shofa penasaran, siapa Mas yang kumaksud dalam setatus itu. Aku orangnya jujur apa adanya. Jadi, kujawab, Mas Sun. Tapi, tahu tidak apa yang terjadi?
Kak Shofa marah!
Cemburu?
Mungkin!
Aku tidak tahu, persisnya seperti apa. Tapi, sikapnya berubah drastis! Seolah petugas intelijen, dia menginterogasiku! Loooh?
Ada apa ini?
Ada masalah apa?
Apa hubungannya ...?
Kak Shofa tanya dan aku jawab dengan jujur eh dia malah seperti itu!
Kapan ta'arufnya?
Kamu nggak bohong kan, Dik?
Beneran mau nikah?
Sudah dikhitbah?
Nanti jangan lupa undangi Kakak ya?
Di Jogja kan, Dik?
Terus?
Bla bla bla
Aku tidak enak hati!
Jelas!
Emang, dia itu siapa sampai harus tahu semua itu?
Semua hal tentang Mas Sun dan aku?
Atau ....?
Jujur, aku sempat terbakar api cemburu!
Jangan-jangan selama ini Mas Sun ada "hubungan" sama Kak Shofa? Tapi kan, aaah ... Itu tak mungkin!
Mas akan ADK (Aktifis Dakwah Kampus). Ikhwan yang shalih dan yang jelas Mas Sun sudah berjanji akan mengkhitbahku nanti. Jadi, untuk apa Kak Shofa cemburu?
Kenapa?
Itu belum selesai.
Kak Shofa malah menuduhku berdusta!
Mengada-ada!
Bermimpi!
Ya Allaah, sakit sekali rasanya.
Sungguh menyakitkan!
Oke, aku paham sekarang!
Satu kesalaahan besar yang telah kuperbuat adalah, telah merespons komentar Kak Shofa. Harusnya, aku diam. Harusnya, aku tidak membalasnya. Harusnya, aku tak menyampaikan kenyataan, kebenaran dan kejujuran itu!
Harusnya, kubiarkan semua tetap menjadi rahasiaku!
Dan Mas Sun dan Mama, tentu saja!
Sejak saat itu, aku diam.
Aku menjauh!
Bukan karena aku dusta!
Ukan karena aku salah!
Tapi, aku tidak mau ribut!
Aku tidak mau adaa masalah, meskipun sebenarnya sudah sangat bermasalah!
Biarlah aku menepi hingga waktu yang membuktikan.
Hingga Allaah yang mengakhirkan!
Allaah
Allaah
Allaah
Satu yang membuatku tetap kuat dan tegar, Mas Sun tidak ada hubungan apa-apa dengannya. Dan itu cukup! Aku, lebih percaya kepada Mas Sun daripada Kak Shofa.
Sure!
Leiden, 7 Juli 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Belum ada tanggapan untuk "Tentang Kak Shofa"
Posting Komentar