Kamas And Me

Bismillaah



Hekekeke

Ketawa dulu, aaah!

Rugi kalau tidak tertawa!

Tapi awas, jangan tertawa saat dirimu sedang sendirian

Dijamin deh, akan jadi aneh kan?

Lagian, tidak asyik kan, tertawa sendiri?

Mendingan tertawanya rame-rame

Bakalan seru tralala!



Kamas itu panggilan kesayanganku untuk Mas Bimo. Mas Bimo itu Kakak sepupuku. Ummm ... Mama dan Bude Laksmi (Ibunya Mas Bimo) kakak beradik.



Eh, kaitannya dengan panggilan kesayangan itu, jangan salah sangka loooh. Lagian, itu juga panggilan yang diajarakan Mama sejak aku kecil. Jadi, aku terbiasa memanggilnya Kamas.

:)

Begitu, ceritanya.

:)



Kamas dan aku, jarang bertemu!

Itu, karena aku tinggal di sini (Leiden) dan Kamas tinggal di sana (Yogyakarta). Otomatis, kami bertemu hanya pada saat aku berlibur di sana. Tapi, waktu berlibur yang rata-rata dua minggu itu, kami manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sebisa mungkin. Terutama saat aku masih kecil dulu. Note: kecil, maksudku sebelum aku berumur dua belas tahun. Setelah itu, aku diajarkan Mama dan Papa untuk membatasi diri dari Kamas. Alasannya simpel, karena kami bukan mahram!



:)

Senyum dulu, ah!

Banjir benakku oleh kenangan-kenangan indah bersama Kamas!

Banjir bandang!

Hakakaka

:)



Duluuu, dulu sekali, kami sering bermain di halaman belakang rumah Eyang. Di bawah pohon sawo kecik yang rindang daunnya. Teduh dan nyaman rasanya. Apalagi, Eyang Kakung membuatkan kami ayunan dari ban mobil bekas. Kami bisa berlomba ayunan di sana.

Hekekeke

Siapa yang mengayunnya paling tinggi, dia pemenangnya.

Huplaaa!

Aku selalu menang!

Hekekeke

Kata Kamas, aku menang bukan karena aku ngayunnya lebih tinggi, tapi karena kakiku kepanjangan.
Whaaat?
Kepanjangan?
Hakakaka
Bilang saja, Kamas K.O!

Selain bermain ayunan, kami juga bermain dakon dan egrang. Sunda manda juga! Tak bisa kupungkiri lagi, halaman belakang rumah Eyang memang teduh dan nyaman untuk bermain ap saja. Termasuk bola bekel dan tentu saja bermain pecah air!
Itu lho, permainan paling seruuu!
Kami mengisikan air ke dalam plastik, lalu kami menggantungkannya dengan tali rapia. Setelah itu, mata kami ditutup dengan slayer.

Dor dor dorrr!
Note: Tentu saja bunyinya tidak seseru itu!

Dalam hal ini, Kamas jagonya!
Aku selalu K.O dan basah kuyup karena dilempari balon air sama Kamas. Itu hukuman bagi yang kalah.
Hikaaa!

Mengenang itu semua, rasanya sangat bahagia!
Hekekeke
Sekarang, Kamas menajadi mahasiswa S2 di jurusan Tehnik Mesin, Universitas Gadjah Mada dan merangkap sebagai dosen di sana!

Hekekeke
Sementara aku?
Masih jaaauuuh!

Bismillaah
Semester tiga sudah semakin dekat!
Semoga Allaah mudahkan semuanya
Aamiin

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Kamas And Me"

Posting Komentar