Bismillaah
Fatin,
Tak terasa sudah tujuh tahun lebih kau pergi
Oh, tidak!
Kau tidak pergi
Tidak pula meninggalkanku
Kau, menghadap Allaah Yang Maha Hidup
Allaah, Yang Memilikimu
Dan aku
Semua
Allaah, Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu
Fatin,
Begitu banyak hal yang ada dan terjadi setelah kepergianmu
Terlalu banyak
Tumpah ruah, seperti hujan bercampur tarian tornado
Waktu kita mengunjungi Museum Ariane
Masih ingat kan, Fatin?
Waktu itu ... Kau sedang merayakan ulang tahu yang kesepuluh
:)
Lalu, Mommy-mu mengajak kita merayakannya di sana
Museum Ariane
:)
Masih ingat, Fatin?
Kita baru saja turun dari bus waktu tornado menari lincah dan hampir menggulung kita ... Nyaris!
:)
Hakakaka
Kita malah tertawa-tawa gembira, padahal jelas-jelas Mommy-mu dan Miss Usha panik setengah mati!
Hikaaa
Seperti itulah, Fatin!
Semua terjadi begitu saja
Datang dan pergi, silih berganti
Seolah bioskop untuk anak-anak yang tak pernah sepi pengunjung
Ramai hidup ini, Fatin!
Penuh warna!
Penuh makna?
(Entahlah!)
Masih belum berani menyimpulkan!
Tujuh tahun ... Bukan waktu yang singkat, Fatin!b
Dan, sekian waktu pula aku menahan semuanya sendiri!
Tanpamu ... Limbung!
Butuh banyak waktu untuk kembali berjalan!
Butuh banyak kesempatan untuk bangkit dan melanjutkan langkah
Menghadang panasnya matahari (Mengutip ungkapanmu)
Melanjutkan perjuangan yang smepat terhenti beberapa waktu
Oooh, Fatin!
Aku benar-benar tumbang!
Berkalang tanah ... Basah oleh air mata duka dan doa terbaik untukmu!
Sempat depresi (Sebenarnya, cukup malu untuk mengakui ini) tapi, aku harus tetap menjadi pribadi yang jujur kan, Fatin? Bahkan, aku tak mau berdusta meski sepatah kata saja!
Itulah sebabnya, aku mengakuinya: Kepergianku membuatku depresi!
Perasaan kehilangan dan kesepian membuatku nyaris gila!
Aku linglung!
Hanyut dalam lamunan!
Mama dan Papa menguatkanku, Fatin, tapi sepertinya aku hanya membutuhkanmu!
Maafkan aku, Fatin
Dan, kau harus tahu, aku mendapat psiko terapi selama satu setengah tahun!
Bayangkan, Fatin, waktu yang cukup lama bukan?
Yaaah, aku dinyatakan sembuh!
Alhamdulillaah, aku baik-baik saja pada akhirnya
Tak ada luka lagi di jiwa ini
Kecuali, detik ini
Saat aku meroncekan namamu: Fatindo Alaska, Al-Hafidz
Bagaimana aku tidak depresi, Fatin?
Coba bayangkanlah!
Kau, dipanngil-Nya di depan mataku
Tepat di saat hari kelahiranmu
Sekian menit setelah kau potongkan kue ulang tahun untukku
Aaa!
Allaah, Allaah, Allaah
Innalillaahi wainna ilaihi raji'uun
Mungkin, karena waktu itu aku hanya bocah kecil berusia tujuh tahun dan sangat menyayangimu!
Mungkin, karena di sisa umurmu, kau sangat menyayangiku!
Kita begitu dekat!
Tak bersekat?
Hingga aku sama sekali tak rela saat ada yang menghardikmu, karena kuri roda itu!
Oooh, bukan hanya itu ... Saat perlahan-lahan, anggota tubuhmu tak berfungsi lagi!
Aaa!
Allaah, Allaah, Allaah
Fatin, jujur aku rindu!
Rindu kau dan semua kemurnian kasih sayangmu!
Saat menulis ini, air mataku mengalir deras menuju kanal-kanal kecil di Leiden menyambut hari-harinya yang akan bercahaya di bawah siraman matahari musim panas
Ya, Fatin
Dan aaku meengizinkannya
Biarlah air mata ini mengungkapkan segalanya
Kerinduan ini
Sayang dan ketulusan ini
Semuanya, Fatin!
Semuanya!
Fatin,
Aku tak peduli, termasuk jika ada yang cemburu padamu!
Siapa yang tahu akan remuknya hati ini?
Siapa yang tahu akan hilangnya separuh napas ini, Fatin?
Mereka tidak akan pernah tahu!
Tidak akan pernah memahami!
Yaaah, melantur lagi!
Beginilah, Fatin
Kau jangan salah, Fatin, aku masih banyak melantur jika menuliskan tentangmu
Tentang kita
Maafkan aku, Fatin
Aku hanya bisa memberikan doa yang terbaik untukmu
See you, Fatin!
Aku tak sanggup lagi menuliskanmu
Akan kutulis lagi di lain waktu
Aku masih sakit, Fatin
Jadi, harus pandai memenej diri
:)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Belum ada tanggapan untuk "Dear Fatin,"
Posting Komentar